Sabtu, 16 Maret 2013

Uang dan Bahagia


Aku punya uang yang banyak, tapi kenapa aku tak bahagia?
Aku punya segalanya, tapi kebahagiaan tak kunjung mampu kupertahankan. Dia datang cuma untuk beberapa saat, dan kemudian menghilang seperti butiran debu yang tertiup angin senja.

Suatu hari aku pernah bertanya kepada seorang teman.
"Kenapa kamu mencari uang?"
"Aku ingin bisa membahagiakan keluargaku." jawab nya sederhana.
"Menurutmu, kenapa aku yang sudah punya banyak uang ini malah tidak bahagia??"
Sejenak temanku terdiam seakan bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa orang yang sudah banyak uang di depanku ini tidak mampu tetap mempertahankan rasa bahagia yang dulu pernah singgah di kehidupannya. Pertanyaan yang sama seperti milikku, entah sudah berapa tahun pertanyaan sederhana ini menghuni sel-sel motorik di dalam otak ku yang penuh pengetahuan. Tak mampu ku menjawab semenjak aku menjadi salah satu milyuner di negara kaya ini.

****

Lima tahun sudah semenjak perubahan nasib dari seorang yang serba pas-pasan menjadi seorang milyuner baru. Uang yang dulu hanya cukup untuk menikmati liburan sekali setahun dengan menabung sedikit demi sedikit, kini telah menjadi uang yang serba berlebih. Aku bingung bagaimana cara menghabiskannya. Segala macam alat dan barang sudah kumiliki. Hoby ala milyuner yang suka mengkoleksi barang-barang mewah dan langka pun telah ku lakoni. Tapi tetap uang yang kumiliki seakan mengalir bagai banjir bandang yang melimpah ruah dengan sendirinya.

Apa yang aku rasakan??
FRUSTASI,,,
DEPRESI,,,
WAS-WAS,,,
GELISAH,,,
TAKUT,,,
KECEWA,,,
dan poin paling penting nya adalah AKU TIDAK BAHAGIA dengan semua harta materi yang kumiliki.

****

Dulu aku adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang sederhana. Tidak mewah, tidak pula miskin. Mungkin keluarga yang berkecukupan, inilah kata yang paling tepat rasanya untuk mewakili kondisi perekonomian keluarga saat itu. Memiliki dua orang tua dengan penghasilan yang mampu memenuhi segala kebutuhan hidup kami sekeluarga. Sesekali mereka masih sempat untuk menyisihkan sedikit dari penghasilan yang pas-pasan, ini akan menjadi tabungan. Walaupun nominalnya tidak tergolong besar, namun uang tabungan ini mampu membuat kami pergi bertamasya sekali dalam setahun. Atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya yang harus melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Disaat teman-temanku sudah mampu membeli berbagai macam mainan canggih dan mewah, aku hanya sanggup memuji dan mangagumi mainan-mainan yang mereka. Tak jarang aku mengulum bibir disaat mereka memainkan atau bergaya dengan mainan-mainan canggih itu. Beruntungnya aku, aku masih dapat bermimpi dan update soal berbagai hal baru dari teman-teman ku ini, walau tanpa memilikinya secara langsung. Tak pernah terbayangkan untuk memaksa kedua orang tua ku membelikan mainan-mainan canggih pada zaman itu. Entah mengapa, aku seakan dibuat mengerti dengan kondisi keuangan keluarga ku yang serba pas-pasan.

Apa yang aku rasakan saat itu?? coba kamu bayangkan bagaimana perasaanmu disaat kamu menginginkan sesuatu yang tidak dapat kamu miliki.
KESAL,,,
MARAH,,,
SEDIH,,,
MALU,,,
TERMANGU,,,
JADI BAHAN EJEKAN,,,
DIANGGAP REMEH,,,
Dan poin yang paling penting adalah AKU TIDAK BAHAGIA karena keterbatasan keuangan untuk dapat membeli mainan-mainan yang kuinginkan.

****

Saat pertama kalinya aku merasakan menjadi orang kaya, semua begitu bahagia. Apapun yang aku inginkan dapat aku beli dengan mudah. Cukup dengan menggesekan kartu plastik dengan berbagai warna dan logo, semua jadi lunas dan terwujud. Mulai dari impian membeli mobil, membeli rumah, meng-haji-kan seluruh keluarga-ku, mempunyai apartemen pribadi, villa di pegunungan, helikopter dan jet pribadi, yayasan pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, panti asuhan, koperasi untuk masyarakat, perusahaan multinasional, memiliki berbagai pertambangan, perusahaan minyak, perusahaan emas, bahkan salah satu pulau di nusantara ini sekarang sudah menjadi milikku sepenuhnya. Aku adalah orang yang dimimpikan oleh jutaan manusia lain diluar sana, jutaan manusia yang menginginkan untuk menjadi kaya dan bahagia. Ku rasa semua hal itu sudah dapat membuktikan bahwa aku telah bahagia. Sayangnya tidak.

Tapi sayang, kebahagiaan itu cuma menyapa-ku untuk dua tahun saja. Selebihnya, aku merasa kebahagiaan pergi entah kemana. Aku lupa bagaimana cara menikmati kekayaan melimpah ini. Yang ku tau hanya menghamburkan uang-uang ini. Membuang dengan cara membelanjakan pada hal-hal yang sama sekali tidak aku butuhkan. Rasanya aku membeli cuma untuk mendapatkan sebuah prestise dari masyarakat elite dunia, aku adalah orang kaya yang patut kalian perhitungkan dan segani. Lihat kekayaanku, lihat kekuasaanku, lihat manusiaku, lihat negara korporasiku, apa kalian sanggup menandinginya. Itulah kata-kata tersirat yang selalu kusampaikan kepada para milyuner dunia. Seharusnya aku bahagia seperti kata orang lain, seperti pandanganku dulu. Sekali lagi kukatakan, aku sama sekali jauh dari yang namanya bahagia.

****

"Uang bukanlah kebahagiaan, tapi uang adalah salah satu media mendapatkan kebahagiaan." Temanku yang sedari tadi melamun, tiba-tiba nyeletuk dengan begitu saja. Aku tertegun dengan sebuah kalimat yang barusan menyelinap masuk ke dalam rongga telinga. Apa yang barusan dikatakan sang teman mulai di olah dalam membran sel motorik otakku. Menganalisa setiap jengkal huruf yang terangkai menjadi kata, kata yang terangkai menjadi kalimat, kemudian menyimpan makna. Makna ini kemudian coba ku korelasikan dengan pertanyaan sederhana yang selama ini memenuhi sel-sel otak. Mencari keterkaitan diantara pertanyaan dan makna kalimat baru. Apakah ini adalah jawaban, atau baru membuka jalan menuju jawaban yang ku cari.

Beberapa menit berlalu, semua cuma hening dalam usaha menemukan jawaban. Balapan sedang terjadi di dalam lintasan motorik otak, pemikiran ku berpacu dengan lama daya tahan otak untuk dapat berpikir secara maksimal dan total. Hasil akhirnya cuma dua, aku berhasil menemukan jawabannya atau kembali gagal yang ditandai dengan otak yang meminta beristirahat untuk memulihkan kondisi menjadi prima. Lima menit berlalu, temanku yang sedari tadi berpikir keras tampak kelelahan dan mulai mengistirahatkan kedua otak nya. Hal ini terlihat dari posisi duduk dan ekspresi muka yang terlihat lelah. Dia kemudian meminum cola yang ada di meja. Sedangkan aku, masih berpikir melanjutkan balapan menuju jawaban pertanyaan sederhana ku.

Dan akhirnya,,,, jawaban itu ku temukan.

"Kebahagian adalah perasaan disaat kita mampu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui jerih payah dan usaha kita sendiri. Kebahagiaan adalah disaat kita mengerti arti dari sebuah kekurangan, mengerti arti dari kesulitan, dan dengan keringat sendiri kita mampu untuk mengatasinya. Kebahagiaan adalah sesuatu yang harus selalu dibagi, bukan dipertahankan atau dimiliki sendiri. Ketika kebahagiaan tidak dibagi, kebahagiaan itu akan basi dan kemudian hilang meninggalkan kita dengan sendirinya."


~13~
~UANG DAN BAHAGIA~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar