Selasa, 11 Februari 2014

Gelisah Jari Jemari

Malam ini lagi-lagi gue berkutat dengan laptop, mengerjakan skripsi yang akan segera berulang tahun tanggal 27 februari 2014. 

Seperti biasanya, jari-jemari gue seakan bingung untuk menari di atas keyboard. Jari-jemari yang entah kenapa tidak bisa melakukan tarian yang sama saat gue mengetik sebuah tweet atau blog. Ketikan sebuah skripsi terasa begitu asing dan kaku baginya. Jangankan untuk sebuah tarian, sekedar melangkah pun jemari gue mengalami kebingungan yang luar biasa. Dia bingung harus menginjak tombol mana terlebih dahulu sebagai awalan tariannya. Namun, akan berbeda halnya disaat jemari gue menulis tweet atau entri baru pada blog absurb yang gue kelola. Mereka seakan tau tahap-tahap yang harus dilakukan untuk memulai sebuah ketikan blog, seperti halnya yang terjadi pada ketikan gue kali ini. Sedangkan di twitter jauh lebih parah, tarian jari jemari gue dulu pernah menghasilkan 20 tweet dalam satu menit.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Logika gue yang biasa cukup baik dalam menganalisa suatu permasalahan pun bertekuk lutut. Imajinasi liar gue seringkali bisa menghubungkan dua hal yang tidak punya keterkaitan sama sekali pun kali ini menyerah untuk coba mencari apa yang menyebabkan jari jemari tiba-tiba kaku disaat mengetik skripsi. Apakah pertanda bahwa otak gue tengah kelelahan dengan semua skripsi yang sudah sekian kali bergonta-ganti judul? mungkin ya mungkin juga tidak.

Gue bingung,

Tidak sedikit orang disekitar gue yang ikut kebingungan dengan keadaan yang gue alami. Dikatakan tidak ada orang yang memberi motivasi? jawabannya tentu salah. Banyak orang yang memberi gue motivasi. Mulai dari kedua orang tua yang gue cintai, adik, kakak, teman, sahabat, rekan sesama pejuang skripsi, adik dan kakak tingkat, bahkan orang yang cuma kenal di facebook pun ikut memberi gue motivasi. Saking banyaknya yang memberi motivasi, gue sampai merasa jenuh. Hasilnya setiap motivasi yang mereka berikan cuma seperti angin. Datang dan hilang begitu saja.

Gue jenuh,

Mungkin saat ini gue butuh orang yang mau mendengar. Orang yang mau sekedar mendengarkan keluh kesah yang gue rasakan, bukan orang yang kembali menimpali dengan nasehat-nasehat yang sudah seringkali gue dengar, kemudian bercerita panjang lebar yang membuat gue lebih memilih untuk diam membisu, mematung. Ujungnya, gue yang menjadi pendengar sampai percakapan berakhir.

Skripsi gue,

Ada dua hal yang membuat gue seperti ini, idealisme dan keinginan untuk segera lulus. Dua hal yang bertemu dalam satu tubuh, dua hal yang tengah bertarung memperebutkan kekuasaan atas skripsi gue, dua hal yang saling sapa dan menekan demi kepentingannya masing-masing, dan juga menjadi dua hal yang bikin gue cuma menjadi penonton sembari menunggu keluarnya sang pemenang. 

Jadi kapan kalian akan mengakhirinya, teman?