Hai para blogger,
Kali ini saya ingin membahas tentang masalah pengemis, peminta-minta, gembel, dan sejenisnya yang suka memanfaatkan kebaikan para pemberi infaq, shadaqah, dan sumbangan di jalanan. Kenapa di jalanan? karena disinilah kebanyakan para dermawan ini beraktifitas. Berlalu lalang dan mungkin sangat sibuk walau hanya sekedar mampir di mesjid atau sekretariat badan penerima sumbangan.
Kang Emil yang juga sebagai Walikota Bandung pernah berkata bahwa penghasilan seorang pengemis bisa lebih besar dari seorang walikota yang gajinya sebesar Rp. 5,8 juta. Penghasilan seorang pengemis dalam sehari bisa mencapai 500 ribu rupiah. Jika dalam sebulan itu ada 30 hari, perhitungan sederhananya cukup dikalikan dengan Rp. 500 ribu. Hasilnya cukup fantastis, seorang pengemis bisa meraup penghasilan sebesar Rp. 15 juta. Dan tentunya tidak dipotong pajak penghasilan sama sekali. Wowww....
Jadi pada tulisan kali ini saya tidak akan membahas besaran angka penghasilan pengemis yang bikin saya terkagum-kagum. Saya akan mengajukan sebuah solusi untuk para dermawan yang mulai menjamur bagai air di musim banjir. Maksudnya musim hujan. hhe...
Menurut saya ada tiga, yaitu:
Kenapa di spot pengemis?
Karena disanalah kebanyakan para dermawan jalanan ini memberikan sedikit uang amal yang dimiliki untuk tema "Berbagi dengan sesama". Namun uang amalnya jatuh ke orang yang TIDAK TEPAT.
Kotak Pengemis ini dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
Kalo boleh sedikit gambaran ide saya, mungkin seperti ini. Kotak Pos dan Sistem Keamanan ATM yang dipadukan. :'))
Kali ini saya ingin membahas tentang masalah pengemis, peminta-minta, gembel, dan sejenisnya yang suka memanfaatkan kebaikan para pemberi infaq, shadaqah, dan sumbangan di jalanan. Kenapa di jalanan? karena disinilah kebanyakan para dermawan ini beraktifitas. Berlalu lalang dan mungkin sangat sibuk walau hanya sekedar mampir di mesjid atau sekretariat badan penerima sumbangan.
Kang Emil yang juga sebagai Walikota Bandung pernah berkata bahwa penghasilan seorang pengemis bisa lebih besar dari seorang walikota yang gajinya sebesar Rp. 5,8 juta. Penghasilan seorang pengemis dalam sehari bisa mencapai 500 ribu rupiah. Jika dalam sebulan itu ada 30 hari, perhitungan sederhananya cukup dikalikan dengan Rp. 500 ribu. Hasilnya cukup fantastis, seorang pengemis bisa meraup penghasilan sebesar Rp. 15 juta. Dan tentunya tidak dipotong pajak penghasilan sama sekali. Wowww....
Jadi pada tulisan kali ini saya tidak akan membahas besaran angka penghasilan pengemis yang bikin saya terkagum-kagum. Saya akan mengajukan sebuah solusi untuk para dermawan yang mulai menjamur bagai air di musim banjir. Maksudnya musim hujan. hhe...
Menurut saya ada tiga, yaitu:
- Para dermawan yang tidak punya waktu untuk sekedar mampir ke tempat penerimaan infak, shadaqah dan sumbangan.
- Para dermawan yang didominasi oleh kaum uang receh. Uang receh maksudnya mulai dari 500 - 5.000. Jadi seringkali malu untuk sekedar datang ke badan penerima amal.
- Lokasi badan penerima amal yang sulit dijangkau.
Kenapa di spot pengemis?
Karena disanalah kebanyakan para dermawan jalanan ini memberikan sedikit uang amal yang dimiliki untuk tema "Berbagi dengan sesama". Namun uang amalnya jatuh ke orang yang TIDAK TEPAT.
Kotak Pengemis ini dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
- Kuat seperti mesin ATM.
- Kokoh seperti mesin ATM.
- Menggunakan lobang celengan yang memudahkan saat memasukkan uang.
- Lobang One-Way. Artinya ga bisa dicongkel.
- Dilengkapi dengan semacam pendeteksi besaran uang di mulut lobang celengan. Fungsinya untuk menghitung total uang yang masuk. Dan diharapkan terkoneksi dengan database. Jadi semua uang yang masuk celengan tidak luput dari monitoring pengawas. (intinya biar ga ada yang korupsi duit sumbangan dermawan jalanan tadi).
- Untuk saat ini baru itu aja kriteria yang terpikirkan
Kalo boleh sedikit gambaran ide saya, mungkin seperti ini. Kotak Pos dan Sistem Keamanan ATM yang dipadukan. :'))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar