BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kejujuran mempunyai peran penting dalam akuntansi
karena digunakan oleh pengguna dan pasar sebagai jaminan bahwa akuntan (sebagai
pembuat laporan) dan auditor (sebagai atestor atau penguji laporan keuangan)
telah berusaha untuk jujur. Sifat konsep kejujuran yang konvensional adalah
kejujuran dalam penyajian, yang merupakan jaminan bahwa dalam pembuatan dan
atestasi laporan keuangan dilakukan dengan ketekunan dan kehati-hatian agar
masalah keuangan perusahaan disajikan secara wajar.
Dalam melakukan penyajian laporan
keuangan dibutuhkan elemen kejujuran yang mana berarti setiap isi laporan yang
disajikan adalah sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dengan begitu kejujuran akan
berfungsi sebagai netralitas atau postulat dasar akuntansi yang mendasari
prinsip-prinsip akuntansi dalam penyajian laporan keuangan. Penilaian kejujuran
merupakan sesuatu hal yang dianggap sudah semestinya dalam akuntansi, walaupun
makna yang jelas belum dinyatakan. Dua makna yang diterima umum berkaitan
dengan ide netralitas dalam pembuatan dan penyajian laporan keuangan dan ide
keadilan dalam hasil. Pada dasarnya kejujuran dipandang sebagai konsep keadilan
secara moral tergantung tiga interpretasi yang berbeda mengenai keadilan
distributif. Hasil akhirnya adalah adanya kemungkinan untuk memandang dan
membandingkan konsep kejujuran melalui kerangka keadilan distributif yang
berbeda.
Kejujuran memiliki prinsip-prinsip
dalam penyajian dan dalam distribusi. Selanjutnya ada istilah kejujuran dalam pengungkapan.
Pada dasarnya, sebagai sebuah hasil dari konsep kejujuran dalam distribusi yang
lebih wajar, prinsip kejujuran dalam pengungkapan mengharuskan pengembangan
dari pengungkapan akuntansi yang konvensional agar dapat mencakup seluruh
kepentingan kelompok, termasuk pula investor dan kreditor, yang mempunyai
banyak kepentingan terhadap masalah-masalah dalam perusahaan. Oleh karena itu
perlu adanya pengembangan dalam kejujuran dalam pengungkapan akuntansi.
Proses pengungkapan juga dibarengi
dengan adanya pelaporan. Pelaporan dalam hal ini terbagi atas pelaporan nilai
tambah, pelaporan tentang karyawan, pelaporan dan akuntansi sosial,
pengungkapan informasi penganggaran, pelaporan dan akuntansi aliran kas, dan
akuntansi sumber daya manusia. Kesemua pelaporan diatas berfungsi sebagai bahan
untuk membantu dalam proses pengungkapan.
Manusia memiliki peran penting dalam
proses kejujuran dan pengungkapan. Karena itu sebuah perusahaan harus bisa
mengidentifikasi nilai dari sumber daya manusia, pengukuran biaya dan nilai
orang pada organisasi, dan penginvestigasian dampak kognitif dan keperilakuan
informasi-informasi tentang sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan.
Kegiatan ini disebut dengan sistem akuntansi sumber daya manusia.
Hanya sedikit perusahaan yang
menerapkan sistem akuntansi sumber daya manusia pada perusahaan, contohnya
Barry Coorporation dan Touche Ross & Company. Dua perusahaan ini adalah
perusahaan kecil yang bagus pertumbuhannya walaupun tidak spektakuler, bagus
produknya tapi bukan produk yang romantis, bagus tetapi teknologinya tidak
canggih, bagus profitabilitasnya tetapi tidak dramatis. Tetapi dua perusahaan
ini tertarik pada pengembangan sistem akuntansi akuntansi sumber daya manusia.
Pada masa sekarang ini telah banyak
teori yang membahas tentang nilai sumber daya manusia. Salah satunya
diungkapkan oleh Flamholtz, dimana penilaian terhadap nilai manusia dapat
didasarkan pada beberapa indikator, yaitu nilai individual dan nilai kelompok. Untuk
melakukan sebuah penilaian dibutuhkan satuan standar ukur agar dalam penentuan
nilai tidak asal-asalan. Standar ukur ini berbentuk metode yang terdiri dari
metode cost hystoris, metode replacement cost, metode opportunity cost, metode kompensasi,
metode adjusted discounted-future-wages,
dan ukuran non moneter.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah untuk membatasi pembahasan dalam makalah adalah sebagai berikut
:
1.
Apa peran kejujuran
dalam Akuntansi.
2.
Apa peran kejujuran
dalam Distribusi.
3.
Apa sajakah usulan untuk mengurangi atau untuk menghapus
ketidakadilan dalam pelaporan dan pengungkapan.
4.
Pelaporan apa sajakah yang dibutuhkankan dalam
pengungkapan.
5.
Apa definisi dan tujuan
akuntansi sumber daya manusia.
6.
Teori apa sajakah yang
mendukung nilai sumber daya manusia.
7.
Metode apa sajakah yang
mengukur aset manusia
8.
Apa yang menjadi krisis
akuntansi di masa depan
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah
ini adalah :
1.
Untuk mengetahui peran
kejujuran dalam akuntansi.
2.
Untuk mengetahui peran
kejujuran dalam distribusi.
3.
Untuk mengetahui usulan
yang bisa mengurangi atau menghapus ketidakadilan dalam pelaporan dan
pengungkapan.
4.
Untuk mengetahui
pelaporan yang dibutuhkan dalam pengungkapan.
5.
Untuk mengetahui
definisi dan tujuan dari akuntansi sumber daya manusia.
6.
Untuk mengetahuiteori
yang mendukung nilai sumber daya manusia.
7.
Untuk mengetahui metode
yang digunakan dalam mengukur aset manusia.
8.
Untuk mengetahui krisis
akuntansi di masa depan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Kejujuran Dalam Akuntansi
Kejujuran terutama digunakan dalam literatur akuntansi
profesional dan pernyataan-pernyataan sebagai sebuah ungkapan netralitas
akuntan dalam membuat laporan keuangan. Dugaan awal penggunaan kejujuran dalam
akuntansi dimulai oleh Scoot tahun 1941, ketika dia menyatakan bahwa kejujuran
sebagai prinsip akuntansi dan menyatakan: “Aturan-aturan, prosedur-prosedur,
dan teknik-teknik akuntansi seharusnya jujur, tidak bias, dan tidak memihak.
Aturan, prosedur, dan teknik tersebut seharusnya tidak memihak pada kepentingan
tertentu”. Sejak saat itulah kejujuran menjadi salah satu nilai yang harus
diterapkan dalam akuntansi.
Pastillo kemudian membahas kejujuran ini dalam sebuah
buku dengan menempatkannya sebagai standar dasar yang digunakan dalam
mengevaluasi standar lainnya, karena standar ini satu-satunya yang menggunakan
“pertimbangan etika”. Pastillo menyatakan,”Dari observasi hubungan antara
akuntansi dengan konsep dan sikap sosial saat ini, dapat disimpulkan bahwa
akuntansi bersifat sosial dan mempunyai tanggung jawab yang besar bagi
masyarakat. Selain itu terkait dengan pemikiran tujuan akuntansi keuangan,
dihasilkan suatu penekanan pada komunikasi kepentingan-kepentingan ekonomis
diantara segmen ekonomi. Akhirnya, dengan membandingkan makna keadilan,
kebenaran dan kejujuran, konsep kejujuran secara sosial dipilih sebagai standar
dasar untuk mengukur prinsip dan aturan akuntansi, yang digunakan sebagai alat
pencapaian tujuan. Karena itu, kejujuran bagi seluruh pihak diformulasi sebagai
standar dasar akuntansi yang tunggal, sehingga kriteria atau pengujian seluruh
pernyataan akuntansi harus merefleksikan kejujuran sebelum digabungkan dalam
struktur akuntansi.
Kejujuran secara umum terkait dengan pengukuran dan
pelaporan informasi dengan cara yang objektif dan netral. Informasi dikatakan
jujur jika bernilai objektif dan netral. Seperti yang dikemukakan oleh
Lee,”(Informasi) harus didasarkan pada bukti-bukti perusahaan yang dapat
dibuktikan (jika memungkinkan), dan harus tidak cenderung menguntungkan penguna
tertentu (atau kelompok pengguna tertentu) yang dapat merugikan pihak lain.
Walaupun kandungan kejujuran itu subjektif, ambigu,
bahkan tidak dapat berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan teori akuntansi,
tetapi kejujuran menjadi salah satu tujuan dasar akuntansi. Hal ini tercermin
pada referensi yang dirujuk oleh komite American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) pada Autditing Procedures mengenai kriteria “kejujuran penyajian”
sebagai kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles)
dan standar-standar auditing yang berterima umum (generally accepted auditing standards).
Di eropa terjadi pengembangan terhadap konsep
kejujuran ini. Para akademisi dan ahli telah mencoba melakukan pendefenisian
terhadap konsep kejujuran melalui konsensus. Kegagalan ini dibuktikan dengan
penggunaan dua defenisi benar dan jujur. Seperti yang dikemukakan oleh Lee
T.A,”Secara umum dipahami usaha untuk mengartikan penyajian akun-akun,
menyusunnya agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima,
menggunakan gambaran yang akurat seluas mungkin, dan selain itu membuat
estimasi yang beralasan; dan mengaturnya – dalam batas praktik akuntansi –
sehingga dapat disajikan seobjektif mungkin, bebas dari bias, distorsi,
manipulasi, atau usaha untuk menyembunyikan fakta-fakta penting. Benar berarti
bahwa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan telah
dikuantifikasikan dengan berbagai cara agar sesuai dengan kejadian-kejadian,
aktivitas, dan transaksi ekonomis yang dimaksudkan untuk menjelaskan. Jujur
berarti bahwa informasi akuntansi telah diukur dan diungkapkan dengan suatu
pola yang objektif dan tanpa merugikan kepentingan pihak tertentu dalam
perusahaan.
2.2 Teori
Kejujuran Dalam Pengungkapan
2.2.1 Pengungkapan
Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian
integral dari pelaporan keuangan, dan secara teknis, pengungkapan merupakan
langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk
statemen keuangan.
Terdapat beberapa sumber yang mengemukakan pengertian
pengungkapan, diantaranya adalah Evans (2003). Dia menyatakan bahwa pengertian
dari pengungkapan adalah Penyediaan informasi dalam statemen keuangan termasuk
statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan pengungkapan
tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan. Pengertian pengukapan oleh
Evans ini terbatas hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan,
pernyataan manajemen atau informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak termasuk.
Semantara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan
segmental dan statemen yang merefleksi perubahan harga sebagai bagian dari
pengungkapan.
Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan
informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan
formal. Hal ini sejalan dengan gagasan FASB dalam kerangka konseptualnya.
2.2.2 Fungsi atau Tujuan
Pengungkapan
Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan
informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan
untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
Pengungkapan dapat dibagi menjadi beberapa tujuan, yaitu: tujuan melindungi,
tujuan informatif, dan tujuan kebutuhan khusus.
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak
semua pemakai cukup canggih untuk mendapatkan informasi atau mengolahnya
sendiri hingga memperoleh substansi ekonomik dari informasi tersebut, dengan
kata lain pengungkapan ditujukan untuk melindungi perlakuan manajemen yang
mungkin kurang terbuka. Sementara itu, tujuan informatif dilandasi oleh gagasan
bahwa pemakai yang dituju sudah jelas memiliki tingkat kecanggihan tertentu.
dengan demikian, Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat
membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai. Keluasan pengungkapan untuk
tujuan informatif ini ditentukan BAPEPAM bekerja sama dengan penyusun standar.
Bentuk tujuan pengungkapan yang ketiga adalah tujuan kebutuhan khusus. Tujuan
kebutuhan khusus ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan
informatif.
2.2.3 Keluasan dan Kerincian
Pengungkapan
Keluasan dan kerincian pengungkapan berkaitan dengan
masalah seberapa banyak informasi harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat
pengungkapan yang disebut dengan tingkat pengungkapan. Evans (2003)
mengidentifkasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai, wajar atau etis, dan
penuh.
Tingkat memadai merupakan tingkat minimum yang harus
dipenuhi agar statemen keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk pengambilan
keputusan. Tingkatan yang kedua, tingkat wajar, merupakan tingkat yang harus
dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang
sama. Tingkatan yang terakhir yaitu tingkat penuh (full disclosure).
Tingkat ini menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan
pengambilan keputusan yang diarah.
Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan dalam
pengungkapan adalah (1) tujuan, (2) kos penyediaan, (3) keberlebihan informasi (overload),
(4) keengganan manajemen, dan (5) wajib atau sukarela.
Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen
sama saja dengan menyerahkan informasi kepada pasar. Terdapat beberapa argumen
yang mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi, yaitu
penyalahgunaan, eksternalitas, kegagalan pasar, asimetri informasi, dan
keengganan manajemen. Di Indonesia, pihak yang menjdi regulator adalah BAPEPAM
(melalui Peraturan BAPEPAM) dan profesi/ IAI (melalui standar akuntansi).
BAPEPAM berkepentingan dengan tingkat pengungkapan dan apa yang harus
diungkapkan terutama untuk kepentingan pendaftaran publik dan penawaran publik
perdana.
2.2.4 Motode Pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana
secara teknis informasi disajkan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen
keuangan beserta informasi lain yang berpaut. Motode ini biasanya ditentukan
secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain.
Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan
sebagai antara lain pos statemen keuangan, catatan kaki (catatan atas statemen
keuangan), penggunaan istilah teknis (terminologi), penjelasan dalam kurung,
lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi manajemen
dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
2.3 Teori
Tren Dalam Akuntansi
Adolf J.H. Ethoven (1995)
dalam Accounting Research Monograph No.5 dengan judul Mega Accounting Trends,
bedasarkan mega Trend 2000-nya Naisbitt, ia merefleksikan megatrend akuntansi
akan menghadapi persoalan sebagai berikut.
1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran
efisiensi dan produktivitas.
2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang
dan disiplin lainnya.
3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan
melaporkan informasi yang lebih relevan.
Kualitas relevan sudah menjadi ciri akuntansi,
namun sampai saat ini kualitas ini belum dapat dinilai tercapai.
Kemudian, untuk
mengantisipasi tren tersebut di atas, Enthoven menganjurkan penyempurnaan
infrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren itu.
1. Penyempurnaan system
pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
2. Struktur dan persyaratan
sosio ekonomi dan budaya.
3. Persyaratan legal, status,
dan persyaratan lainnya dalam profesi akuntan.
4.
Praktik profesi dan kelembagaan akuntansi.
Tren yang dibuat Ethoven ini teranjak dari Megatrend-nya
Naisbitt yaitu:
1. Dunia akan bergerak dari
ekonomi nasional ke ekonomi global.
2. Dasar pemikiran orang akan
beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
3. Ciri masyarakat kita akan
beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
4. Struktur organisasi akn
berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke struktur
organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah tidak
dikedepankan lagi.
5. Pilihan semakin banyak
sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan banyak.
6. Pertumbuhan ekonomi akan
beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
7. Keterlibatan politik
masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke democrasi partiisipasi.
8. Dari bantuan institusi ke
mandiri
9. Kemajuan teknologi akan
beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
10. Kekuasaan akan beralih
dari sebtralisasi ke desentralisasi.
Kesepuluh shift inilah yang dijadikan dasar oleh Enthoven untuk
memprediksi pengaruh tren itu ke dalam profesi dan bidang ilmu akuntansi.
Hubungan antara tren itu
dengan megatrend akuntansi dapat dilihat pada bagan di atas: Dari keadaan ini dapat kita tarik garis atau benang merah bahwa
tren atau kecenderungan kea rah mana akuntansi menuju sesuai dengan
perkembangan tuntutan masyarakat adalah menuju suatu sifat yang lebih bernuansa
sosial, etis, lebih relevan, dan bertanggung jawab.
Lee Parker maupun profesi
akuntan Australia dari konferensi internasional yang dilakukannya pada tahun
1994 menunjukkan arah akuntansi yang semakin bertanggung jawab. Masyarakat pada
dasarnya menginginkan akuntansi yang memberikan informasi yang adil dan benar
yang hakikatnya adalah pertanggungjawaban. Dari fenomena ini dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan ilmu akuntansi harus searah dengan tuntutan masyarakat itu.
Berbagai skandal korporasi
yang melibatkan akuntansi belakangan ini semua kian menuntut akuntan yang
bertanggung jawab. Bagaimana profesi akuntan menyikapi tren ini? Dan bagaimana kita
di tanah air? Siapa yang harus bertanggung jawab untuk menjadi pionir? Semua
pertanyaan itu terpulang kepada mereka yang terlibat menjalankan roda
organisasi lainnya yang terkait.
Megatrends 2010 Baru-baru ini keluar buku Megatrends 2010 yang ditulis oleh
Patrice Aburdene (2005). Beliau mengemukakan paling tidajk ada tujuh
kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan mempengaruhi profesi akuntansi.
Dan Teori akuntansi ke 7 Megatrend adalah:
1.
Kekuatan Spiritual (the Power of Spirituality);
2.
Munculnya Kapitalisme yang sadar (the Down of Conscious
Capitalism);
3.
Pemimpin lahir dari level tengah (Leading from the Middle);
4.
Bisnis Spiritual (Spirituality in Business);
5.
Konsumen berbasis Nilai (The Value-Driven Consumer);
6.
Gelombang Solusi Kesadaran (The Wave of Conscious Solutions);
7.
Boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki tanggung jawab
sosial (The Socially Responsibility Investment boom).
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Kejujuran dalam
Akuntansi
Pada
tahun 1960, Arthur Anderson & Co menyatakan bahwa salah satu postulat dasar
akuntansi yang mendasari prinsip – prinsip akuntansi boleh jadi dinyatakan
sebagai kejujuran; kejujuran bagi seluruh segmen komunitas bisnis ( manajemen,
tenaga kerja, pemegang saham, kreditur, pelanggan, dan publik ) ditentukan dan diukur dari sudut pandang ekonomis dan
politis, cara berpikir dan kebiasaan seluruh segmen, sehingga akhirnya prinsip
– prinsip akuntansi didasarkan pada postulat ini, yang akan menghasilkan
akuntansi keuangan yang membentuk hak dan kepentingan ekonomi yang jujur dan
sesuai hukum untuk seluruh segmen. Secara umum kejujuran menyatakan bahwa
pembuat informasi akuntansi telah bertindak dengan keyakinan yang baik, dan menerapkan praktik – praktik bisnis
etika dan keputusan akuntansi dalam penyajian, pembuatan, dan pengauditan hasil
– hasil akuntansi.
Persepsi
dan penerapan kejujuran dalam penyajian sebagai pembuatan dan penyajian laporan
keuangan yang sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi berterima umum
kadangkala menimbulkan beberapa konsekuensi yang merugikan diantaranya :
1. Gagal
untuk sesuai dengan konsep keadilan yang diperuntukan bagi kejujuran dalam
distribusi.
2. Gagal
untuk mengembangkan cakupan pengungkapan dalam laporan keuangan, yang dapat
mengembangkan informasi akuntansi keuangan konvensional menuju kejujuran dalam
pengungkapan.
3. Fleksibilitas
yang dapat menimbulkan manajemen earnings
dan income smoothing.
4. Menciptakan
iklim terjadinya praktik kejahatan.
Kejujuran
dalam akuntansi juga mengarah pada doktrin “Benar dan Jujur”. Kata benar didasarkan pada fakta, fakta-
fakta yang tidak menimbulkan distorsi betul,sesuai dengan aturan, antar fakta
tidak saling bertolak belakang, objektif bentuk secara material, sesuai dengan yang
terjadi. Sedangkan jujur berarti tidak rancu, lebihmengutamakan arti daripada
bentuk, refleksi yang tepat.
3.2 Kejujuran Dalam Distribusi
3.2.1 Kaitan
dengan Pertanyaan – pertanyaan Distribusi
Pandangan konvensional mengenai kejujuran sebagai
netralitas dalam penyajian telah mengabaikan masalah – masalah distribusi. Penekanannya
hanya pada pembuatan dan pengungkapan hasil akuntansi, bukan distribusi. Pandangan mengenai kejujuran sebagai
netralitas dalam penyajian bukannya tanpa kritik. Williams menjelaskannya
sebagai sebuah evaluasi dua atribut :
a.
Bahwa pembuat evaluasi sadar mengenai kondisi yang dapat
terjadi sebagai konsekuensi tindakannya dalam membuat keputusan yang jujur atau
tidak jujur.
b.
Bahwa usaha evaluasi dengan menggunakan perspektif,
tidak memihak.
Williams mengemukakan dua argumen yang menarik. Yang
pertama adalah bahwa kemanfaatan keputusan, sebagai prinsip dalam mengorganisir
praktik dan riset akuntansi, tidak sempurna, walaupun pertanggungjawaban (
akuntabilitas ) setidaknya memiliki kejujuran sebagai sifat yang melekat.
Argumen kedua adalah bahwa penekanan akuntansi pada efisiensi, membuat
kejujuran akuntansi menjadi ketetapan yang implisit, bukannya tidak ada.
Argumen Williams ini didukung oleh Pallot yang menyatakan bahwa kejujuran dalam
pertanggungjawaban dan kejujuran dalam distribusi berasal dari kerangka etika
yang berbeda dan walaupun saling menggantikan, berasal dari asumsi – asumsi
masyarakat yang berbeda.
3.2.2.
Kejujuran sebagai Konsep Keadilan Moral
Agar kejujuran dianggap sebagai konsep keadilan moral,
harus dibuat kesesuaian antara teori utama yang membahas mengenai keadilan
distributif.
a.
Kontribusi Rawls
Teori
keadilan Rawls bertujuan untuk mengembangkan sebuah teori mengenai keadilan
dalam bentuk prinsip – prinsip yang dapat diterapkan untuk mengmbangkan
struktur dasar masyarakat dan memberikan tantangan langsung bagi pendekatan
utilitarianisme. Teoti Rawls dapat diterapkan dalam akuntansi karena teori ini
mengusulkan adanya ketergantungan pada tabir kebodohan pada setiap situasi,
yang menuntut aanya pilihan dalam akuntansi yang akhirnya menghasilkan solusi
yang netral, jujur, dan adil secara sosial.
b.
Kontribusi Nozick
Sementara
Rawls tertarik dengan keadilan pada pola distribusi, Nozick tertarik dengan
proses terjadinya distribusi. Nozick berependapat bahwa teori keadilan Rawls
mengabaikan hak manusia, sehingga tidak dapat dibenarkan secara moral.
Nozick
memposisikan teorinya didasarkan pada prinsip keadilan dalam pemerolehan dan
dalam transfer dan juga tergantung pada mekanisme pasar bebas.
c.
Kontribusi Gerwith
Tujuan
teori keadilan Gerwith adalah untuj memberikan pembenaran rasional bagi prinsip
– prinsip moral agar dapat membedakan secara objektif antara tindakan dan
kebiasaan yang benar secara moral dengan tindakan dan kebiasaan yang salah
secara moral. Tindakan yang dimaksud dibedakan menjadi dua yaitu kesukarelaan
dan kemanfaatan.
Teori
keadilan Gerwith ditawarkan sebagai sebuah konsep kejujuran dalam akuntansi.
Teori ini dapat di terapkan dalam akuntansi karena teori ini menekankan pada
hak kebebasan dan kesejahteraan bagi semua orang yang dipengaruhi oleh
aktivitas perusahaan dan untuk pembentukan aturan – aturan institusional dan
akuntansi untuk menjamin pelaksanaan hak – hak tersebut.
3.3
Kejujuran
dalam Pengungkapan
3.3.1
Kebutuhan untuk Mengembangkan Pengungkapan
Terdapat beberapa usulan
untuk mengurangi atau untuk menghapus ketidakadilan dalam pelaporan dan
pengungkapan diantaranya :
a. Usulan
Pengungkapan Bedford
Bedford mengusulkan perluasan
pengungkapan akuntansi untuk meringankan masalah yang ditimbulkan oleh doktrin
kejujuran dalam akuntansi. Selain hanya tergantung pada prinsip akuntansi
berterima umum sebagai satu – satunya metode pengukuran, bedford mengusulkan
untuk mengembangkan alat baru yang dapat digunakan untuk membuat infomasi yang
bermanfaat bagi manajemen dan pembuat keputusan.
b. Teori
Lev mengenai Kebijakan Akuntansi yang Wajar dan Efisien
Lev mengusulkan teori mengenai kebijakan
akuntansi yang wajara dan efisiens. Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam
mengungkapkan masalah kebijakan akuntansi yang asasi dapat dicapai dengan
melihat perhatian pembuat kebijakan secara eksplisit, yaitu keadilan pasar
modal. Keadilan ini didefinisikan sebagai kesempatan yang sama atau terjadi
informasi yang simetris bagi semua investor ketika informasi tersebut
dikeluarkan dan semua investor identik dengan return ekspektasian yang disesuaikan dengan resiko.
c. Keunggulan
Penggunaan Gaa
Gaa menggali formulasi logis mengenai
prinsip keunggulan pengguna berdasarkan pada usaha terkini pada filosofi etika,
dan sosial dan politik. Bidang ini merupakan bidang yang melibatkan manusia
sebagai pembuat keputusan dan bidang yang prinsipnya mengatur perilaku individu
dan kelompok sebagai hasil keputusan yang rasional.
d. Temuan
– temuan Komite Jenkins
Komite Jenkins bertugas menentukan :
-
Sifat dan cakupan
informasi yang seharusnya dilaporkan oleh pihak manajemen.
-
Cakupan informasi yang
seharusnya dilaporkan oleh auditor.
e. Pengungkapan
Akuntansi yang Diperluas
Tujuan pengungkapan adalah :
-
Untuk menjelaskan item
– item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item – item
tersebut, selain ukuran dalapm laporan keuangan.
-
Untuk menjelaskan item
– item yang belum diakui untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item –
item tersebut.
-
Úntuk menyediakan
informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan risiko dan item
– item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.
-
Untuk menyediakan
informasi penting yang dapat dipergunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk
membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.
-
Untuk menyediakan
informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang.
-
Untuk membantu investor
dalam menentukan return dan
investasinya.
3.3.2
Pelaporan Nilai Tambah
Nilai tambah merupakan
peningkatan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pengguna sumber daya perusahaan
yang produktif sebelum dialokasikan kepada pemegang saham, pemegang obligasi,
pegawai, dan pemerintah. Nilai tambah ini mudah dihitung dengan memodifikasi
laporan laba rugi.
Langkah
1 : Laporan laba rugi menghitung laba ditahan sebagai
selisish antara revenue penjualan
dengan kos, pajak, dan dividen:
R
= S – B – DP – W – I – DD – T
Ket : R :
Laba ditahan
S :
revenue penjualan
B :
material dan jasa yang dibeli
DP :
depresiasi
W :
gaji
I :
bunga
DD :
dividen
T :
pajak
Langkah 2: Persamaan
nilai tambah dapat diperoleh dengan mengubah persamaan profit :
S
– B = R + DP + W + I + DD – T (metode
nilai tambah bruto)
Atau
S
– B – DP = R + W + I + DD – T (metode
nilai tambah neto)
3.3.3 Pelaporan
tentang Karyawan
Dengan adanya karyawan
dan serikat pekerja sebagai pengguna informasi akuntansi yang potensial, dan
untuk berbagai alasan yang baik, tampak bahwa laporan tahunan bagi pemegang
saham bukan merupakan dokumen yang dapat mencakup kepentingan semua pihak.
Solusinya yaitu terletak pada pembuatan laporan khusus bagi karyawan dan
serikat pekerja.
3.3.4 Pelaporan
dan Akuntansi Sosial
Terdapat empat
aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; akuntansi pertanggungjawaban
sosial (social responsibility accounting, SRA), Akuntansi sosioekonomi
(socioeconomis accounting, SEA), akuntnasi dampak total ( total impact
accounting, TIA), dan akuntansi indikator sosial (social indicator accounting,
SIA).
Alasan dilakukannya
pengungkapan kinerja sosial diantaranya:
-
Terkait dengan kontrak
sosial antara perusahaan dengan masyarakat.
-
Membantu dalam
mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi akuntansi sosial.
-
Kebutuhan pengguna
laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana.
-
Investasi sosial.
3.3.5
Pengungkapan Informasi
Penganggaran
Dalam pengungkapan
informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait dengan
keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya kewajiban
perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit anggaran
tersebut, dan sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan ketidakbergeraknya
perusahaan akibat kerugian yang mungkin timbul dari pengungkapan penganggaran.
3.3.6 Pelaporan
dan Akuntansi Aliran Kas
Akuntansi aliran kas dipandang oleh
pendukungnya sebagai yang terbaik dibandingkan akuntansi akrual konvensional
karena :
-
Dapat menyediakan
kerangka analitis untuk menghubungkan kinerja masa lalu, sekarang dan masa yang
akan datang.
-
Dapat merefleksikan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa mendatang dan yang
direncanakan pada kebijakan keuangan.
-
Rasio aliran harga yang
didiskon dapat menjadi indikator investasi yang lebih dapat dipercaya
dibandingkan rasio harga dengan earnings saat ini, karen dalam menghitung
earnings per lembar saham menggunakan berbagai metode alokasi yang sembarang.
-
Dapat digunakan untuk
mengoreksi perbedaan dalam praktik yaitu antara cara melaksanakan investasi (
biasanya didasarkan pada aliran kas) dengan cara mengevaluasi hasil ( biasanya
didasarkan pada earnings).
3.4
Akuntansi
Sumber Daya Manusia
3.4.1
Definisi dan Tujuan Sumber Daya Manusia
Belkaoui (1995) mendefinisikan akuntansi
sumber daya manusia yaitu proses mengidentifikasi dan mengukur data mengenai
sumber daya manusia dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak – pihak
yang tertarik. Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia yaitu :
a. Identifikasi
“nilai sumber daya manusia”.
b. Pengukuran
cost dan nilai orang pada organisasi.
c. Mengkaji
pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia
3.4.2 Teori
Nilai Sumber Daya Manusia
Konsep nilai manusia berasal dari teori
umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan kelompok dapat dilekati nilai,
seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk memberikan jasa ekonomi
di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok didefinisikan sebagai manfaat
jasa yang diberikan saat ini yang diberikan kepada organisasi sepanjang masa
pemberian jasa individu atau kelompok yang diharapkan.
a. Faktor
– faktor yang menentukan nilai individual
Pada model Flamholtz, ukuran yang
digunakan untuk mengukur manfaat manusia adalah nilai expected realizable nya.
Nilai individu meruapakan interaksi antara dua variable :
o Nilai
kondisional yang diharapakan individual : produktivitas, kemampuan untuk
dipindah, dan kemampuan untuk dipromosikan.
o Probabilitas
bahwa individu akan mempertahankan keangggotaannya pada organisasi : terkait
dengan tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.
b. Faktor
– faktor yang menentukan nilai kelompok
Tiga variabel yang mempengaruhi
aktivitas perusahaan dalam “pengelolaan manusia”( Likert-Bowers ) :
o Variabel
kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau secara
langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah perkembangan
dalam organisasi.
o Variabel
Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan kinerja
organisasi.
o Variabel
hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh
suatu perusahaan.
3.4.3
Ukuran Aset Manusia
a. Metode
Cost Historis
Mengkapitalisasi seluruh cost yang
terkait dengan usaha untuk merekrut, memilih, mempekerjakan, melatih,
menempatkan dan mengembangkan seorang karyawan (aset manusia), dan kemudian
mengamortisasi cist ini sepanjang masa manfaat aset ini dan mengakui kerugian
jika melikuidasinya atau meningkatkan keuntungan potensial dari aset tersebut.
b. Metode
Replacement Cost
Membuat estimasi cost untuk mengganti
sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan. Keuntungan metode ini adalah
metode ini merupakan pengganti pengukuran yang baik bagi nilai ekonomis aset
dengan batasan bahwa pertimbangan pasar penting untuk membentuk tafsiran akhir.
c. Metode
Opportunity Cost
Nilai sumber daya ditentukan melalui
proses penawaran kompetitif pada perusahaan, didasarkan pada konsep opportunity
cost.
d. Metode
Kompensasi
Nilai modal manusia yang dikandung oleh
seorang manusia pada umur tahun adalah nilai sekarang dari earnings yang akan
diperolehnya dari pekerjaanya. Kelemahan metode ini adalah subjetivitas yang
terkait dengan penentuan tingkat gaji mendatang, lama karyawan bekerja dalam
organisasi, dan tingkat diskon.
e. Metode
Adjusted Discounted Future Wages
Metode ini mengusulkan bahwa gaji
mendatang yang didiskon disesuaikan dengan menggunakan faktor efisiensi, yang
digunakan untuk mengukur efektivitas relatif modal manusia pada perusahaan
tertentu.
f. Ukuran
Non Moneter
Ukuran non moneter ini digunakan untuk
mengukur aset manusia yang telah digunakan seperti metode sederhana yaitu
dilakukan pembuatan peringkat atau ranking mengenai kinerja individual dan
pengukuran sikap.
3.5
Krisis Akuntansi Masa depan
Krisisi akuntansi menurut Lev yaitu
akuntan bukan a good eyesight. Lensa lama tidak akan bisa melihat situasi
ekonomi baru, apalagi jika ingin melaporkan hal – hal yang berkaitan dengan
aktiva tidak berwujud seperti: ide, merk, cara kerja, goodwill, franchises.
Pegawai tidak mengetahui secara akurat berapa sebenarnya kontribusi mereka
terhadap perusahaan. Saat ini perusahaan banyak melakukan proyek penelitian untuk
mengembangkan intangible asset dan akuntansi belum memberikan respon yang baik.
Karenanya perlu pemikiran kembali terhadap prinsip akuntansi keuangan.
Pada
tahun 1989 Belkoui menulis buku yang berjudul The Coming Crisis in Accounting
yang membahas krisis akuntansi yang mungkin muncul dari:
a.
Profesi akuntan.
b.
Kecurangan dalam
lingkungan akuntansi.
c.
Menurunnya work loaad
dalam profesi akuntansi.
d.
Iklim organisasi di
kantor akuntansi.
e.
Problema produksi ilmu
pengetahuan.
BAB IV
SIMPULAN
·
Peran kejujuran dalam
akuntansi sangatlah penting, hal ini mengarah pada pembuat informasi akuntansi
yang harus berdasarkan fakta yang terjadi di perusahaan tersebut dan menerapkan
praktik – praktik etika bisnis dalam mengambil keputusan akuntansi dalam penyajian,
pembuatan, dan pengauditan hasil – hasil akuntansi.
·
Kejujuran dianggap sebagai konsep keadilan moral, harus
dibuat kesesuaian antara teori utama yang membahas mengenai keadilan
distributif.
a.
Kontribusi Rawls
b.
Kontribusi Nozick
c.
Kontribusi Gerwith
·
Terdapat beberapa
usulan untuk mengurangi atau untuk menghapus ketidakadilan dalam pelaporan dan
pengungkapan diantaranya
a. Usulan
Pengungkapan Bedford
b. Teori
Lev mengenai Kebijakan Akuntansi yang Wajar dan Efisien
c. Keunggulan
Penggunaan Gaa
d. Temuan
– temuan Komite Jenkins
e. Pengungkapan
Akuntansi yang Diperluas
·
Pelaporan yang
dibutuhkan dalam pengungkapan di antaranya:
a. Pelaporan
Nilai Tambah
b. Pelaporan
tentang karyawan
c. Pelaporan
dan akuntansi sosial
d. Pengungkapan
informasi penganggaran
e. Pelaporan
dan akuntansi aliran kas
·
Belkaoui (1995)
mendefinisikan akuntansi sumber daya manusia yaitu proses mengidentifikasi dan
mengukur data mengenai sumber daya manusia dan mengkomunikasikan informasi ini
kepada pihak – pihak yang tertarik
·
Teori Nilai Sumber Daya
Manusia
a. Faktor
– faktor yang menentukan nilai individual
b. Faktor
– faktor yang menentukan nilai kelompok
·
Ukuran Aset Manusia
a. Metode
Cost Historis
b. Metode
Replacement Cost
c. Metode
Opportunity Cost
d. Metode
Kompensasi
e. Metode
Adjusted Discounted Future Wages
f. Ukuran
Non Moneter
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, A.R.
Diterjemahkan oleh Marwata dkk. (2000). Teori
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Syafri-harahap. (2002).
Teori Akuntansi. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada